Oleh : Rozak Malta
Banyak tokoh-tokoh besar yang memiliki pengikut sangat besar. Apalagi para filsuf dunia, dari zaman Yunani Kuno sampai kontemporer ini. Pengikut-pengikut mereka akan mengikuti cara pandang atau pemikiran mereka, melalui tulisan-tulisan mereka, atau malah akan menentang dan bukan pengikutnya lagi.
Seperti Karl Marx yang mengagumi Hegel, meski pada akhirnya Marx malah mengkritik semua pemikiran-pemikiran Hegel. Kemudian Marx menulis pemikirannya sendiri dan memiliki banyak pengikut. Bahkan banyak pengikutnya yang telah mencetak sejarah, seperti V.I Lenin di Uni Soviet.
Andaikata tidak ada Lenin, barangkali pemikiran Karl Marx hanya akan menjadi tulisan dan hanya teringat oleh beberapa ahli filsafat. Namun juga sebaliknya, andaikan tidak ada Karl Marx dan tulisannya, mungkin Lenin hanyalah seorang pengacara biasa. Lenin juga banyak menulis buku atas pemikiran-pemikirannya. Oleh karena itu, melalui pemikiran-pemikiran dan tulisannya, Lenin mendapat pengikut yang sangat besar.
#
Begitu juga di Indonesia, sebut saja Soekarno. Kita semua tahu bahwa banyak pengikut Presiden pertama Republik Indonesia ini, yang bisa disebut juga "Soekarnois". Seluruh masyarakat Indonesia pasti kenal siapa Soekarno dan banyak yang mengaguminya, tapi tak semua mengaguminya dengan cara yang sama. Ada yang mengaguminya dari sejarahnya, bahwa dia Presiden Pertama Republik indonesia dan juga pejuang kemerdekaan.
Ada juga yang mengaguminya karena konsep-konsep dan gagasan-gagasannya, yang banyak ditulis sendiri oleh Soekarno, seperti Pantja Azimat Revolusi, Islam Sontolojo, dan lain sebagainya. Dengan buku-buku karyanya, Soekarno tetap menjadi guru dan panutan bagi pengikutnya. Oleh karena itu, Soekarno bisa dikatakan beda dengan tokoh pahlawan lainnya, dalam konteks tulisannya.
#
Dengan karya tulis, sosok para tokoh akan terkenang secara berbeda. Ambillah contoh Tuanku Imam Bonjol, banyak tulisan mengenai dirinya. Namun tak dapat kita jumpai naskah karya Tuanku Imam Bonjol. Kita mempelajari sejarah Imam Bonjol dari saksi-saksi sejarah yang kemudian ditulis oleh beberapa penulis sejarah yang kebanyakan orang Belanda, seperti G. Taitler yang menulis Het Einde van de Padrie-oorlog Het beleg en de vermeestering van Bonjol. Pernah ada naskah yang ditulis oleh orang pribumi yang menyaksikan secara langsung Perang Paderi, yang berjudul Tuanku Imam Bonjol (TIB), dan naskah tersebut telah hilang pada tahun 1991 di Sumatera barat. Kita tak bisa mempelajari seperti apa gagasan-gagasan Imam Bonjol melalui tulisannya sendiri.
#
Dari situ dapat kita simpulkan, bahwa dengan menulis maka perjuangan kita tidak akan putus meskipun telah tiada. Soekarno-soekarno kecil akan tetap ada, meskipun dengan perjuangan yang berbeda. Seperti yang pernah disampaikan Soekarno dalam salah satu pidatonya, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuanganmu akan lebih sulit karena nelawan Bangsamu sendiri". []
Blitar, 25 Pebruari 2017
*ditulis untuk Writing Challenge FLP Blitar, dalam rangka menyambut milad FLP ke-20.
2 comments:
Intinya tinggalkan jejak ya Bang Rozak
Iya oma. Tokoh-tokoh yang memiliki tulisan, terasa tak pernah mati. Akan muncilul dirinya lagi, lagi, dan lagi.
Post a Comment