Buku Paling Inspiratif Versi Saya (5) - FLP Blitar

Buku Paling Inspiratif Versi Saya (5)

Bagikan
Pada tulisan sebelumnya, saya sempat membahas kegemaran saya membaca dan mengoleksi buku. Dalam catatan kali ini, saya akan mengulas beberapa buku paling inspiratif yang pernah saya baca. Apa saja?

 Kisah Lainnya (Catatan 2010-2012) – Ariel, Uki, Lukman, Reza, David

Saya mendapatkan buku ini dua tahun lalu, tepatnya sebulan atau dua bulan setelah diluncurkan. Sejak awal peluncurannya, buku bersampul merah dengan gambar bulu di tengahnya itu sudah menarik perhatian saya. Ya, alasan utamanya saya penasaran, karena penulisnya adalah lima pemuda Bandung yang merupakan personil salah satu band besar Indonesia, yang ngetop sejak tahun 2002-an.


Isi buku ini sebenarnya lebih didominasi kisah “pengalaman” Ariel, sang vokalis, saat berada di rutan. Pada Mei 2010, dia ditahan karena sebuah kasus yang sempat menjadi headline di berbagai media itu.


Awalnya, Ariel ditahan di Bareskrim Mabes Polri selama empat bulan. Di sana, ia mengisi waktunya dengan banyak menggambar, menulis puisi, juga berolahraga. Di rutan Bareskrim itu pula, ia berkenalan dan “belajar” dengan banyak orang. Salah satunya, Abu Bakar Ba’asyir.
Salah satu puisi karya Ariel saat di Bareskrim

Setelah menghabiskan empat bulan masa tahanan di Bareskrim, Ariel dipindahkan ke rutan Kebon Waru Bandung. Di sini pun, kegiatannya tak jauh berbeda. Jika tak ada pemeriksaan dari tim penyidik, Ariel banyak ngobrol dengan para tahanan lainnya, membaca buku, juga masih menulis puisi. Ariel juga menyibukkan diri dalam Bimker (Bimbingan Kerja). Di sana, ia melakukan aktifitas pertukangan, seperti membuat lemari.
Di Kebon Waru, Ariel juga sempat menciptakan satu lagu baru berjudul Dara. Meski diakuinya, cukup sulit membangun feel untuk membuat lagu dan lirik baru.

Vonis penjara 3,5 tahun yang diterima Ariel memaksa
Peterpan membatalkan semua rencana yang telah disusun. Awalnya, mereka berencana meluncurkan album baru pada 2010. Namun, dengan adanya kasus yang mendera Ariel, Peterpan vakum cukup lama. Para personil yang lain pun mencari kesibukan sendiri.
 
Seperti Uki, yang membuka studio musiknya untuk umum dan membentuk band baru bernama Astoria. Lukman, yang menekuni hobi otomotifnya. dan Reza, yang fokus pada bisnis studio musik dan clothing line-nya. Belakangan, Lukman dan Reza malah menjadi lebih religius sejak bergabung dalam sebuah kelompok pengajian.
Salah satu gambar karya Ariel
Lain lagi dengan David. Kevakuman Peterpan benar-benar mengecewakannya. Sang keyboardist yang saat itu memang baru bergabung dalam Peterpan ini sudah sangat bersemangat menyiapkan musik-musik terbaiknya untuk album terbaru Peterpan. Rasa kecewa itu membuatnya puasa bermusik. Feel-nya terhadap musik pergi entah ke mana. David pun banyak menyendiri. Belakangan, ia ditawari menggarap beberapa project musik baru, yang berangsur-angsur mengembalikan semangat bermusiknya. Tapi tak hanya itu, Tuhan masih memberi ujian pada David. Dia menderita penyakit batu empedu. Tiga hari setelah operasi pengangkatan batu empedu, rupanya saluran penghubung empedu dan hati bocor, sehingga cairannya mengotori organ-organ yang lain. David sempat mengalami masa-masa kritis. Setelah menjalani empat kali operasi, kondisinya pun berangsur pulih.

Yang membuat saya makin penasaran dengan buku ini adalah bonus yang terselip di dalamnya. Sebuah album bertajuk Suara Lainnya.
Puisi Ariel saat di Kebon Waru
Digagasnya album ini, berawal dari saran Ariel agar Peterpan mencari vokalis baru pengganti dirinya. Tentu saja empat orang lainnya tak menyetujui usulan itu. Bagi mereka, Ariel adalah “ruh”nya Peterpan. Maka, ide lain pun digagas. Yakni membuat album instrumentalia. Ide ini lebih bisa diterima semua pihak. Namun sayangnya, Reza dan Lukman tidak ada saat proses pembuatan album ini, karena mereka masih sibuk memperdalam agama. Hanya David dan Uki yang menggarapnya, dan tentu saja Ariel juga ikut memantau dari balik jeruji besi.

Ada sebelas lagu dalam album ini. Sembilan diantaranya adalah tembang-tembang Peterpan dalam versi instrumentalia, seperti Sahabat, Taman Langit, Bintang di Surga, Di Atas Normal, Di Belakangku, Langit Tak Mendengar, Walau Habis Terang, Kota Mati, dan Melawan Dunia. Sementara, dua lagu lainnya adalah Cobalah Mengerti yang diaransemen ulang dan diisi vokal Momo Geisha yang merdu, dan Dara, lagu yang sempat diciptakan Ariel saat masih berada di rutan.
Dalam album ini, grup band asal Bandung itu juga menggandeng beberapa musisi, seperti Idris Sardi, Momo Geisha, Henry Lamiri, juga Karinding Attack, sebuah grup musik karinding (alat musik tradisional) dari Bandung.

Dari buku memoar ini, ada banyak hal yang saya dapatkan. Diantaranya, kita sepatutnya menyadari bahwa tak adil rasanya jika kita hanya menilai seseorang dari satu sisi saja. Dan juga, satu hal yang saya pahami, bahwa di mana pun kita berada, kita masih dan akan selalu menemukan banyak hal untuk dipelajari, direnungi, kemudian disyukuri.
Masalah yang menimpa Ariel justru membuatnya makin kuat dan semakin kreatif berkarya. Terbukti, saat ini Peterpan masih berkibar, meski telah berganti nama menjadi Noah.

Satu lagi, buku ini pun berhasil mengobati rindu saya terhadap Peterpan saat itu. (*)

No comments:

Pages