Resensi Buku Kiai Mengaji, Santri Acungkan Jari - FLP Blitar

Resensi Buku Kiai Mengaji, Santri Acungkan Jari

Bagikan





Judul Buku: Kiai Mengaji, Santri Acungkan Jari 

Penulis: Ali Usman

Penerbit: Pustaka Pesantren

Tebal: 216 hlm.

Tahun terbit: 2012

ISBN: 602-8995-34-7

Harga: Rp 25.000

 

 




"Santri seolah dibungkam dan dicekoki banyak doktrin agama yang sebenarnya butuh penjelasan yang ekstra hati-hati dan panjang lebar." Kiai Mengaji, Santri Acungkan Jari, hal. 13.

 

Sebuah pembuka paragaf yang kemudian saya tandai begitu selesai membacanya. Pernyataan berani yang bisa saja dinilai amat kurang ajar dan lancang ditorehkan oleh sang penulis—Ali Usman, dalam bagian pembuka bukunya.

 

Kiai Mengaji, Santri Acungkan Jari merupakan sebuah buku non-fiksi kritis-kontemplatis yang ditujukan sebagai refleksi atas kehidupan tradisional di dalam pondok pesantren. Di mana jamak pondok pesantren dinilai tumbuh berkembang membawa tradisi "dogmatis yang tertutup" yang asal santri bisa dan pandai ilmu agama tanpa tapi.

 

Dengan penuh rasa cinta, buku ini mencoba mwngkritisi hal-hal fundamental yang selama ini berjalan. Bukankah mengkritisi tidak harus diartikan negatif sebagaimana cemburu kadang menjadi bukti kedalamn cintamu,- blurb.

 

Meski tema yang diusung adalah sikap kritis terhadap kehidupan pondok pesantren, tapi corak tulisan yang dipaparkan penulis justru terasa liberal dan vulgar. Banyak kritikan disandingkan dengan solusi-solusi liberal yang bebas serta terbuka terhadap hal "tabu" dalam ranah keislaman dengan merujuk tokoh-tokoh filsuf dan pemikir liberal barat.

 

Di mana pemikiran liberal, dan terlebih lagi islam liberal dipandang kurang apik oleh para pemikir islam konservatif di Indonesia.

 

Apalagi menilik bahwa realitas pondok pesantren yang banyak tersebar di Indonesia—barangkali Jawa khususnya, didominasi oleh NU kultural yang begitu konservatif.

 

Contohnya mengenai subjudul bahasan Bagaimana Memahami Al-Qur'an, hal. 95. Ali Usman membeberkan segenap rujukan bagaimana tafsir Al-Qur'an sejatinya tidak hanya otoritas para mufasir—ulama tafsir, tapi juga awam. Hal ini dipandang penting oleh Ali Usman karena penafsiran Al-Qur'an harus up to date sesuai dengan zaman.

 

Tentu apa yang disampaikan bertentangan dengan banyak pendapat ulama bahwa penafsiran Al-Qur'an tidak boleh sembarangan. Ada kaidah khusus yang harus ditaati. Pun halnya seperti kaidah bahwa tidak semua ulama bisa menjadi penafsir.

 

Pemikiran liberal yang nampak dalam buku Kiai Mengaji, Santri Acungkan Jari selain merujuk pemikir barat, juga didukung dengan rujukan yang diambil dari pemikir islam liberal sepeti Nasr Hamid Abu Zayd, Ulil Abshar Abdalla, serta beberapa tokoh islam liberal lain.

 

Namun, pada akhirnya, poin-poin yang ditawarkan buku ini memantik nalar kita untuk merenungkan sekali lagi tradisi pesantren, hubungan santri-kiai, terorisme (atas nama) agama, hingga bagaimana seorang santri "memahami" Tuhan.- blurb.


No comments:

Pages