Sungguh, sebuah insight menarik mengetahui ternyata di salah satu kawasan Kota Blitar terdapat sebuah bahasa prokem yang unik dan begitu berbeda.
Bahasa Camondan namanya. Sebuah bahasa prokem yang terbentuk sedari lama di Kelurahan Kauman, Kota Blitar sejak medio 1945-1947-an.
Pada era pasca proklamasi hingga agresi militer Belanda bahasa prokem ini dituturkan sebagai bahasa pergaulan setempat.
Kemudian semakin berkembang kreasi kosa katanya pada masa Agresi Militer Belanda II lantaran bahasa pergaulan ini merangkap menjadi bahasa perjuangan. Menjelma sandi karena penyamaran kata aslinya menjadi kosa kata plesetan yang sama sekali baru sehingga hanya dimengerti para penuturnya.
Namun, bahasa Camondan kian hari kian menyusut penuturnya dikarenakan pemuda Kauman yang belajar maupun diajari untuk melestarikan bahasa prokem ini semakin sedikit.
Hingga pada akhirnya khazanah bahasa Camondan diangkat menjadi topik tulisan sebuah buku local conten oleh jurnalis kenamaan Blitar, Yanu Aribowo.
Sebelum diangkat Mas Yanu dalam penelitian bukunya, bahasa Camondan hanya terlacak sekali didokumentasikan dalam tulisan yang berada di laman web sebagai tulisan tugas akhir seseorang.
Ini bukan hal aneh mengingat bahasa Camondan memang menyebar dan dipelajari secara lisan dengan aktif mengobrol bersama para penuturnya secara langsung lewat tongkrongan-tongkrongan.
Dulu pernah ada kamus bahasa Camondan yang disusun secara tulis tangan, tapi akhirnya beberapa catatan itu hilang karena tanpa sengaja terjual ketika penulisnya menjual kertas-kertas bekasnya kepada tukang loak.
Kini lewat buku Mas Yanu yang mengangkat keunikan bahasa prokem ini, membuat banyak kalangan di Kota Blitar khususnya, tergerak untuk berupaya melestarikan bahasa ini.
Bahasa prokem super unik dengan gubahan kosa kata yang tidak mudah ditebak serta kemungkinan sulit dipelajari bagi kalangan awam di luar lingkungan penuturnya.
"Singguk-singguk nenggak tinum ponggi."
"isuk-isuk enak ngombe kopi."
"Pagi-pagi enak minum kopi."
"Wondis wundis mengglek?"
"Sampean wis magan?"
"Kamu sudah makan?"
"Nenggek gambas, nggle!"
"Enek polisi, le!"
"Ada polisi, nak!"
No comments:
Post a Comment