Perihal Hobi Masak - FLP Blitar



Sumber gambar: Dokumentasi pribadi

 

 

Oleh Abi Subekti

 .

.

.

 

Kapan hari sewaktu diriku memberi contoh bagaimana cara menguleni adonan mi tanpa menggunakan mesin─hanya dengan tangan kosong, ketika tengah praktikum.

 

Salah seorang anak didikku menyeletuk bahwa caraku menguleni terlihat seperti seorang ibu-ibu rumah tangga. Sontak yang lain tertawa, dan aku juga ikut tertawa tanpa sempat menjawab apapun.

 

Hanya saja dalam hati aku sempat berkelakar, bahwa sebenarnya masak-memasak tidak ada kaitannya dengan ibu-ibu rumah tangga, bapak-bapak, laki-laki maupun perempuan.

 

Karena memasak murni kemampuan pribadi masing-masing. Kemampuan dasar yang seharusnya dikuasi oleh setiap orang.
 

 

Aku sendiri lupa kapan pertama kali diriku menggoyangkan wajan di atas tungku api, lantas mencampur beragam bahan makanan di dalamnya. Seingatku sudah sedari sekolah dasar, mungkin kelas lima atau enam.

 

Waktu itu lantaran aku sedang bosan dengan masakan ibu.

 

Masakan pertamaku dulu nasi goreng. Hasilnya, sudah pasti tidak karuan, dan rasanya sudah bisa ditebak seperti apa.

 

Namun, sejak saat itu hingga kini, aku jadi gemar memasak. Malahan sekarang berubah jadi hobi.

 

Sedari kecil itu jugalah, setiap kali ibuku tidak masak atau hanya memasak sedikit, ibu selalu mempersilakanku─juga adikku, jika kami ingin memasak sesuatu sendiri.

 

Ibu tidak banyak komentar ini-itu meski rasa masakan kami tidak enak. Malahan ia menyarankan untuk menambahkan ini dan itu, dengan cara seperti ini lalu seperti itu agar rasa masakan kami bisa lebih sedap.


Aku bersyukur bahwa kegemaranku kini berguna mendukung pekerjaan. Karena jadi semacam hobi yang dibayar, hal itu membuatku makin semangat untuk terus meningkatkan kemampuan.

 

Karena menurutku, seperti yang kusampaikan di atas, bahwa kemampuan memasak seharusnya penting bagi setiap orang. Tanpa harus menunggu atau mengandalkan istri/suami, ayah/ibu, ia bisa menyiapkan makanannya sendiri─sesuai selera. Baik untuk dimakan sendiri maupun disajikan juga untuk orang lain.

 

Ketika orang lain bisa turut menikmati masakan kita kemudian berkomentar bahwa rasanya enak, sedap, atau lezat, mendengarnya akan menjadi kepuasan batin tersendiri.

 

Kemampuan memasak pastinya juga akan berguna dalam keluarga kelak. Lantaran setiap anggota keluarga bisa saling membantu menyiapkan olahan pangan konsumsi sehari-hari.

No comments:

Pages