Sedari kapan suka membaca dan menulis?
Untuk pastinya aku sudah lupa. Seingatku, ketika sekolah dasar tempatku menimba ilmu dulu, baru saja meresmikan sebuah gedung perpustakaan. Aku jadi suka baca-baca buku di dalamnya. Saat itu sekitar pertengahan kelas lima.
Beragam Ensiklopedia menjadi buku favoritku waktu itu. Selain karena informasinya yang lebih ringkas, kurasa ensiklopedia selalu dipenuhi gambar-gambar yang menarik perhatian anak kecil.
Berlanjut memasuki jenjang sekolah menegah pertama, aku juga sering berkunjung ke perpustakaan sekolah. Namun, dibanding perpustakaan di sekolah dasar, perpustakaan di sekolah menengah pertama tempatku belajar justru kurang menarik. Banyak koleksi buku-bukunya nampak lawas serta terlihat usang.
Barulah ketika memasuki pertengahan kelas delapan, aku berjumpa dengan novel pertamaku, di sebuah toko retail populer beraksen biru-merah-kuning. Sampul novel pertama yang kubeli ini menarik, terkesan lucu, dan memang cerita di dalamnya sangat lucu. Bahasanya sama sekali tidak baku, alurnya ringan, tapi penuh kejutan tak terduga hingga akhir.
Sampai sekarang aku mengganggap bahwa novel ini menjadi salah satu novel terbaik yang kumiliki.
Sampai akhirnya di penghujung kelas sembilan. Ketika aku dan ibuku mengunjungi sebuah toko buku ternama di kota Blitar, entah dorongan dari mana, hatiku tergerak untuk membeli sebuah novel populer lagi. Sebuah novel terjemahan dari bahasa Jepang. Lagi-lagi lantaran gambar sampulnya yang tak kalah menarik perhatianku juga waktu itu.
Novel kedua yang kumiliki berjudul Minamoto no Yoritomo 1, karya Eiji Yoshikawa.
Novel keduaku ini berkisah tentang keruntuhan dan kembali bangkitnya sebuah klan samurai yang kalah dalam perebutan kekuasaan.
Namun, novel kedua ini baru selesai kubaca di awal perkuliahan. Mungkin karena bahasa serta lokasinya belum familiar dengan anak SMP sepertiku saat itu jadi aku hanya mendiamkannya lama di dalam lemari.
Dari rentang awal hingga penghujung sekolah menengah kejuruan, tidak ada buku baru yang kubeli. Minat bacaku waktu itu juga menurun. Hanya sesekali saja aku memilih untuk nongkrong dan baca-baca buku secara acak di perpustakaan sekolah.
Entahlah, tapi memang saat itu aku benar-benar belum menemukan bacaan yang bisa menarik perhatianku lagi atau aku saja yang memang malas mencari.
Barulah di pertengahan kuliah sampai saat ini, minat bacaku kembali tinggi. Aku mulai tergerak lagi untuk membeli novel serta buku-buku non-sastra lainnya.
Sementara untuk menulis, aku sendiri baru tergerak untuk belajar menulis di penghujung sekolah menengah kejuruan. Sampai benar-benar menekuni kepenulisan setelah bergabung di Forum Lingkar Pena di pertengahan kuliah hingga sekarang.
No comments:
Post a Comment