Renungan Musim Hujan - FLP Blitar

Oleh Subek A.B.




Kenangan masa kecil... kenangan masa kecil. Berbicara terkait kenangan masa kecil, pasti begitu banyak yang bisa diceritakan. Karena masa kecil seseorang begitu luas, terisi oleh banyak kegiatan yang membahagiakan.
Bermain bersama teman. Belum mengenal istilah insecure; karena diejek bagaimana pun mentok hanya marah sebentar, lalu masa bodoh dan lupa ejekan temannya. Besok main bareng lagi.
Overthinking juga belum menghinggapi, karena tak perlu berpikir bagaimana hidup ke depannya. Yang penting sekolah, naik kelas, dan bermain hal-hal menyenangkan. 

Tapi, diantara sekian banyak kenangan yang bisa dikulik, mungkin salah satu hal menyenangkan yang ditunggu kemunculannya oleh anak-anak adalah musim hujan. Ya, karena negara kita negara tropis. Kalau tidak kemarau, ya penghujan. Tidak ada musim bersalju yang asyik, musim gugur yang indah, atau pun musim semi yang menyegarkan selepas beku oleh salju. Jadi, musim paling menyenangkan menurut saya, ya musim hujan. 

Di kala musim hujan, setiap hari akan lembab oleh udara basah serta guyuran hujan dari pagi sampai malam harinya. Berangkat sekolah menjadi momen paling rikuh karena harus memakai jas hujan. Sepatu juga harus dibungkus kantong kresek agar tidak basah, atau sebenarnya bisa dimasukkan dalam tas, tapi tetap harus dibungkus juga. 

Di musim hujan jugalah, jika ke sekolah hanya mengenakan sandal akan dimaklumi dan tidak dipermasalahkan oleh guru. Ya, mempertimbangkan kondisi tanah yang basah serta becek.

 Lalu pada pagi hari, di hari libur. Karena udara lembab dan dingin, kegiatan akan diisi menonton kartun favorit, serta sarapan menu-menu hangat. Susu, teh, kopi, dan minuman sereal. Juga makanan berat yang masih hangat karena baru dimasak, atau mie instan plus telur barangkali. 

Hujan-hujanan? Itu adalah kegiatan wajib yang tak boleh ditinggalkan oleh anak-anak. Hujan-hujanan bisa dilakukan secara mandiri atau pun berjamaah bersama teman saat bermain. Dulu, ketika hujan reda, aku sering meminta ijin  untuk main ke rumah teman. Dan saat hujan turun lagi, bisa dipastikan kami akan hujan-hujanan. Sambil bermain, bermain bola. Bahkan hujan petir pun tak dipedulikan. Hanya saja, kami selalu tiarap setiap kali petir menggelegar. Setelahnya, lanjut lagi.

Selain hujan-hujanan, bermain air banjir di sebagian jalan yang tergenang juga menyenangkan. Karena hujan selalu turun lebat berjam-jam. Bahkan sampai 24 jam hujan terus turun. Itu kala musim hujan pada masa kecil saya dulu. 

Sekarang, musim hujan mengalami pergeseran yang signifikan.

Di beberapa wilayah di Indonesia, mungkin musim hujan masih sangat lebat seperti dulu. Namun di daerah saya, pun daerah sekitarnya, perubahan musim hujan sangat kentara. Meski dalam kalender musim sudah memasuki musim hujan, ternyata kerap mundur. Terkadang bisa hujan lebat, lalu beberapa hari berikutnya cerah tanpa hujan setetes pun. 

Secara alamiah, memang perubahan iklim serta musim adalah hal biasa. Karena bumi diciptakan dengan seperangkat sistem super canggih yang bisa memperbaiki dirinya sendiri. Namun, penyumbang terbesar berubahnya iklim bumi yang drastis saat ini justru aktivitas manusia itu sendiri. 

Maka, saat merenung dan teringat akan indahnya masa kecil, kita seyogyanya juga bisa menyadari banyak hal yang telah berubah. Perubahan itulah yang akhirnya bisa menyadarkan kita untuk terus menjaga lingkungan dan bumi kita agar tetap baik. Sulit memang. Namun jika hal kecil tidak dibiasakan, maka hal besar tidak akan pernah bisa terbentuk.[]


No comments:

Pages