Ketika Banyak Peristiwa Berlalu - FLP Blitar

Ketika Banyak Peristiwa Berlalu

Bagikan



Selasa, 30 April 2019

Belakangan saya suka membaca buku sejarah. Ternyata banyak peristiwa baru saya ketahui, terutama tentang sejarah negara sendiri. Kenapa merdeka, dan apa saja peristiwa yang melatarinya.

Saking banyaknya yang belum saya ketahui, kadang saya menyesal sendiri ; kenapa baru sekarang tertarik mempelajari sejarah? Meskipun sejak SD bahkan hingga kuliah, selalu ada pelajaran sejarah. Namun hanya mengikutinya secara formal saja, tanpa penghayatan.

Kini saya sering menulis sebagai "penikmat sejarah", membuat blog khusus tentang sejarah untuk "merawat pemahaman". Setiap ada yang menarik tentang sejarah, saya tulis dan unggah ke blog itu.

Penikmat sejarah bukan pakar atau ahli sejarah. Semua orang bisa menjadi penikmat, namun tidak semua orang layak disebut pakar atau ahli sejarah.

Jika diibaratkan, ada warung makan. Seorang penikmat hanya pencicip masakan-masakan yang tersedia. Dia tahu jenis-jenis masakan yang ada, mungkin juga tahu komposisinya, namun belum tentu bisa membuatnya.

Sejarah memang kumpulan peristiwa yang telah lalu, namun peristiwa itu akan hilang bersama waktu, jika tidak dibidik, dipotret, dan digali oleh sejarahwan. Peristiwa itu akan bisu jika tidak diracik oleh pakar atau ahli sejarah. Mereka berjasa besar dalam hal itu.

Penikmat sejarah hanya menikmati "sajian" sejarah yang sudah ada dari para pakar, sejarahwan, hingga pelaku sejarah itu sendiri. Itulah kenapa semua orang bisa menjadi penikmat sejarah.

Kini "sajian" itu sudah banyak dan berserakan. Satu peristiwa bahkan bisa memiliki bermacam "rasa", karena disajikan dengan bukti, dan interpretasi yang berbeda.

Para penikmat pun bisa mencicipinya secara gratis, lewat internet dan buku-buku di perpustakaan yang bisa dipinjam dengan bebas. Kalaupun harus beli, tinggal mengganti ongkos cetak yang tentu tidak seberapa dibanding manfaat dari isinya.

Sejarah itu penting, sebagaimana definisinya yang diambil dari kata Sajarotun (pohon). Pada pohon, bagian satu dengan lainnya saling terkait. Buah yang dihasilkan pohon sangat berkaitan dengan akar, batang, daun, atau ranting-rantingnya.

Begitupun sejarah, sekalipun peristiwa sejarah telah berlalu, namun tetap terkait dengan peristiwa yang kini terjadi. Tidak mungkin akan begini, kalau dulu tidak begitu.

Peristiwa yang terjadi dahulu menjadi takdir sejarah yang mengikat kita hari ini. Peristiwa sejarah yang terjadi bisa menjadi cermin kedewasaan kita hari ini, kita belajar banyak hal dari yang telah berlalu.

Ibarat pohon tadi, jika sudah ada akarnya, maka jangan terus dipersoalkan kenapa akarnya begini dan begitu. Rawat, sirami dan beri pupuk, supaya tumbuh dan berbuah. Jangan terus dipersoalkan sampai lupa merawatnya, menjadi layu dan bahkan mati.

Jika sudah tumbuh, dan tumbuhnya kurang maksimal karena mungkin terserang hama, ya hilangkan hama-nya itu. Jangan tebang pohonnya atau malah dicabut.

Jika akhirnya ditebang dan dicabut, lalu menanam baru, maka akan menjadi kebiasaan. Belum tumbuh bagus sudah menanam baru, akhirnya kita tak akan pernah memetik buahnya.

Sejarah juga begitu. Peristiwa-peristiwa yang telah berlalu ibarat pupuk yang menumbuhkan pohon, namun juga ibarat hama yang merusaknya. Jika peristiwa itu seperti hama yang merusak, sebaiknya kita belajar dari sejarah agar tak terulang.

Karena itulah sebenarnya, orang belajar sejarah bukan semata untuk mengenang yang lalu, namun justru sebagai bekal untuk menjalani kehidupan masa depan.

Dengan berbekal sejarah, maka kita tahu bahwa yang kini terjadi kemunduran atau kemajuan. Kita jadi tahu bahwa sebenarnya kita sedang tumbuh atau justru layu.

Jika kita lupa dengan sejarah, lalu bagaimana kita bisa mengukur keadaan kita saat ini? []

Salam,
Ahmad Fahrizal Aziz
Bit.ly/catatanFahrizal

No comments:

Pages