Philokoffie, dan Suasana yang Pada Akhirnya.. - FLP Blitar

Philokoffie, dan Suasana yang Pada Akhirnya..

Bagikan

Kediri 7 tahun berselang.

Dari Grogol, sore itu saya memelankan laju kendaraan di sekitar jalanan dekat balai kota, yang disambut oleh ruko-ruko yang kian ramai, tempat hiburan, cafe, gerai-gerai yang saling berhimpitan. Tidak seperti saat Aliyah dulu, ketika sekali dua kali ada acara menginap di Kediri, malamnya menyempatkan jalan-jalan di seputaran Dhoho.

Tempat itu terkenang, meski bukan tongkrongan rutin. Mungkin karena itu, suasana yang sesekali dikunjungi, patut dikenang lagi.

***
Jelang malam, warung-warung depan UMM juga kian ramai. Beberapa gelas kopi tersaji, dilengkapi cemilan atau mie instan bagi yang kelaparan. Beberapa putung rokok tuntas habis dihisab sampai tengah malam. Secarik obrolan dimunculkan demi meretas dingin di pertengahan tahun.

Tempat itu tidak setiap malam saya kunjungi, namun menyisakan memori tersendiri. Apalagi ketika perjalanan pulang menuju kontrakan atau kosan, melintas sepanjang jalan tlogomas, hawa dingin serasa menyusup kulit. Sesampainya di kamar, selimut tipis seolah menjadi penawar, sebelum pada akhirnya terlelap.



***
loading...

Antara 2013-2014

Pada malam yang lain, saya dan beberapa teman melipur suasana dengan keluyuran ke berbagai tempat. Mulai dari yang sepi sampai yang ramai. Melangkah dari kosan jalan Panjaitan menuju trotoar Soekarno-Hatta, depan Polinema. Disana tersaji “kopi-kopi jalanan”.

Atau, berputar keliling pasar besar, mengitari alun-laun yang belum semegah kini. Kadang pula terhenti di tenda-tenda depan stasiun kota baru. Kadang pula mengisi sunyi di bundaran kota, sembari mendengar gemericik air yang menyembur di tengah kolam teratai.



***
2006 dan 2013 di Malioboro

Celana jeans saya masih basah ketika bus bersiap pulang. Di lapangan parkir dekat Masjid gede Kauman, Jogja, pertengahan tahun 2006. Celana itu mengering ketika bus sampai di Madiun. Juni 2013, saya kembali kesana. Menghabiskan waktu ashar sampai magrib di Masjid Kauman, lalu berjalan menuju trotoar Malioboro yang legendaris.

Ratusan orang berdesakan di trotoar, para penjaja menyambut kami satu per satu sepanjang jalan. Kaki melangkah masuk ke sebuah toko besar, yang tercium tajam bau kemenyan. Teman saya menjadi pusing karenanya, teman yang satu lagi justru menyukai wanginya, yang menurutnya sangat khas.

***
Desember 2012 di desa ekowisata Bendosari, Pujon, Kab. Malang

(Di Bendosari)


Secerek susu dan beberapa gelas sudah tersaji di meja ruang tamu selepas subuh. Sementara sebagian dari kami masih meringkuk di kasur, sebab dingin yang teramat. Saya membuka laptop dan menulis beberapa artikel, memanfaatkan modem yang baru dibeli.

Paginya, kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk ikut bertani, memerah susu, menyisik bambu untuk dijadikan penusuk, merangkai lampu hias, sampai meninjau air terjun yang dipasangi kincir untuk tenaga listrik micro hydro. Sorenya ke Masjid atau TPA desa yang di dalamnya bertumpukan buku-buku.

Di waktu santai, kami duduk di warung sederhana, sembari menikmati kopi, gorengan, dan berbincang banyak hal. Suasana yang teramat syahdu sebagai penutup tahun 2012.

***
Akhir pekan, Sepanjang 2017



“Piknik” mingguan saya hampir selalu di Perpustakaan Bung Karno, mulai jam 13.00. Hari dimana sebagian orang mungkin istirahat di rumah, atau berlibur ke pantai, gunung, kebun, dan sejenisnya, saya memacu kendaraan menuju ruangan berpendingin tersebut.

Jelang sore, kami merapat ke Philokoffie, sebuah kedai kopi dengan suasana rumahan. Sembari mencium aroma kopi yang khas dari mesin pelebur, mata pun tertumbuk pada tumpukan buku di ruang sebelah, atau yang tersusun rapi dekat kaca-kaca. Kopi yang kami sesap, serasa menemukan pelengkapnya.

Beberapa buku kemudian saya bawa pulang untuk dibaca lebih serius, sisanya hanya dilihat sekilas sembari berfoto. Itu merupakan rekreasi tersendiri, bagi para penikmat buku seperti kami. Sebagaimana ucapan Ali Bin Abi Thalib, jikalau kau bahagia berada di antara buku-buku, maka kau akan bahagia di manapun.

Entah apa maksudnya, namun suasana di Philokoffie tersebut pada akhirnya juga akan menjadi ingatan tersendiri. Sebab kini buku-bukunya tidak ada lagi. Namun ternyata bukan hanya soal buku. Suasana disitu begitu menyatu ; dekat sungai, jalan raya, rel kereta, dan mungkin lain-lainnya. []

Blitar, 9 Januari 2017
Ahmad Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com

No comments:

Pages