Masihkah Televisi Menjadi Tontonan Yang Menyehatkan? - FLP Blitar

Masihkah Televisi Menjadi Tontonan Yang Menyehatkan?

Bagikan

oleh  Sheefa A

Beberapa tahun yang lalu beberapa teman kuliah saya pernah mengatakan jika nanti berkeluarga mereka tidak akan membeli televisi di rumahnya.

“Kenapa?” begitu saat itu saya bertanya.

“Kamu kan tahu sendiri kalau acara di TV itu banyak yang tidak menyehatkan. Saya tidak mau kalau sampai anak saya terpengaruh dari acara-acara TV itu.”

            Memangnya tidak semenyehatkan apakah acara TV itu?

           Menurut undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997 Bab II pasal 4, penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan membangun masyarakat adil makmur.

Lalu sudahkan acara televisi kita hari ini memenuhi kriteria menurut undang-undang tersebut. Mari kita lihat satu-satu, apa sajakah acara televisi kita.
Musik.
Acara yang satu ini selalu ada hampir di setiap stasiun televisi. Entah berupa ajang pencarian bakat atau menampilkan sang artis yang menyanyi secara langsung atau hanya sekedar menampilkan video klip dari lagunya saja. Sayangnya banyak sekali dari acara musik ini yang menurut saya sangat menyebalkan-maaf. Pertama ajang pencarian bakat yang acaranya dimulai dari sehabis maghrib lalu berakhir tengah malam. Panjang sekali memang durasinya. Terlebih acara ini tayang setiap hari. Tetapi, sayangnya acara ini habis bukan untuk menampilkan bakat dari para peserta, melainkan untuk membahas masalah pribadi dari para pembawa acara atau dewan juri kadang juga peserta. Biasanya mereka membahas si A yang sedang dekat dengan si B, si C yang sedang berpacaran dengan si D, lalu mereka akan digoda dengan juri atau pembawa acara yang lain. Diminta menyanyi bersama atau menunjukkan keromantisan lainnya. Untuk hal-hal seperti ini mereka menghabiskan waktu yang begitu lama. Sehingga acaranya tidak terfokus pada konsep acara sendiri-pencarian bakat. Kalau sudah seperti itu saya ingin sekali bertanya, ini sebenarnya acara pencarian bakat apa acara gosip sih?

Selain acara pencarian bakat, pagi hari di beberapa stasiun TV kita akan disuguhi dengan acara musik yang berlangsung juga selama berjam-jam. Acara yang terkenal dengan gerakan cuci-cuci jemur-jemurnya. Acara ini sedang memperlihatkan anak-anak muda yang sesungguhnya punya potensi luar biasa yang jika dikembangkan bisa digunakan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk masyarakat tetapi mereka diminta untuk melakukan aksi “cuci-cuci jemur-jemur” untuk mengiringi sang idola yang sedang bernyanyi. Pun di acara ini, masalah pribadi para pembawa acara atau sang idola yang diundang untuk menyanyi juga dibahas. Sama seperti pencarian bakat yang saya maksud di atas, membahas permasalahan pribadi juga menghabiskan waktu yang lama.

Sinetron.
Saat ini ada beberapa sinetron yang di-import dari luar negeri. Ada satu stasiun TV yang acaranya dari pagi sampai malam sebagian besar diisi dengan sinetron dari luar ini, yang episodenya sampai ratusan tentu saja.  Semuanya berawal beberapa tahun yang lalu, ketika stasiun ini menayangkan sebuah sinetron dengan cerita wayang sebagai latar belakangnya. Namanya sinetron pasti ada bumbu-bumbunya yang menyalahi dari cerita aslinya. Cerita pewayangan yang terkenal sebut saja Ramayana dan Mahabharata sebenarnya adalah sebuah karya satra kuno India yang ditulis oleh Walmiki dan Byasa/Vyasa. Kedua karya sastra ini memang terkenal di Indonesia yang sebagian besar masyarakatnya muslim, karena memang wayang pernah dijadikan sebagai sarana mendakwahkan Islam oleh para sunan. Nah masyarakat Indonesia yang merasa punya ikatan dengan cerita pewayangan ini pun kemudian juga mulai melihat cerita wayang dalam bentuk sinetron yang di-import ini. Melihat begitu banyak peminatnya, maka mulailah pemilik stasiun TV kembali mengimpor sinetron-sinetron lainnya dari negara yang sama. Tak hanya satu, melainkan banyak sekali. Hingga porsi sinetron ini jauh lebih banyak dibandingkan acara dari Indonesia sendiri.

Bagaimana dengan sinetron Indonesia? Saya sendiri tidak pernah menonton sinetron, jadi bisa dipastikan saya tidak update dengan sinetron yang sedang digandrungi saat ini. Tapi ada satu sinetron yang sempat fenomenal beberapa waktu yang lalu. Sebuah sinetron dengan konsep balapannya. Bahkan adik-adik les saya yang laki-laki pun menyukainya. Saya sempat heran ketika jam les belum selesai dan mereka memaksa saya untuk segera mengakhiri les karena ingin segera melihat sinetron tersebut. Hingga satu hari saya tanyakan kepada adik-adik les saya yang perempuan, kenapa anak laki-laki juga menyukai sinetron ini. “Soalnya ada balapannya sama berantemnya mbak..” O begitu. Saya jadi paham sekarang. Berbicara tentang balap motor, dalam kehidupan nyata kita tahu bersama ada banyak sekali geng motor yang sangat meresahkan masyarakat. Lalu bagaimana dampak sinetron ini pada kelompok mereka? Dengan tenarnya sinetron ini tidak menutup kemungkinan membuat para geng motor tersebut merasa mendapatkan pembenaran dan merasa keren dengan balapan di jalanan umum. Belum lagi fenomena trek-trekan yang dilkukan anak-anak remaja. Mereka tidak sadar jika yang dilakukannya mengganggu warga, pun mereka juga mengabaikan prosedur keselamatan ketika menggunakan motor.

Sinetron tetaplah sinetron yang ceritanya dilebih-lebihkan, penderitaan yang dilebihkan, kisah cinta yang dilebihkan, intinya semua serba lebih. Sinetron yang tayang setiap hari dengan pemain yang ganteng dan cantik (versi kapitalis) dengan kehidupan sempurna-sebut saja berasal dari keluarga kaya raya dengan motor dan mobil sport sebagai kendaraan-juga pacar yang sempurna. Hal-hal seperti ini jika setiap hari diulangi maka akan masuk ke alam bawah sadar si penonton-terutama remaja yang masih dalam pencarian jati diri-untuk mendifinisikan segala sesuatunya yang ideal menurut sinetron. Misalkan definisi cantik atau ganteng haruslah yang tinggi, putih, hidung bangir dan seterusnya. Jika kurang dari itu maka hal tersebut adalah “pelanggaran”. Sehingga tidak heran jika kita melihat banyak anak yang dibully hanya karena fisiknya, katakan saja karena kulitnya yang berwarna hitam. Sedangkan anak yang keren adalah mereka yang mempunyai motor atau mobil sport, tidak peduli lagi bahwa motor itu pemberian dari orang tuanya bukan dari usahanya sendiri.

Juga istilah-istilah yang mengatakan “Kalau cari pasangan ya yang tidak malu-maluin kalau dibawa kondangan”. Dan mereka yang mendapat predikat sebagai “pasangan yang tidak malu-maluin dibawa kondangan” adalah mereka yang sesuai definisi kapitalis tadi, putih, tinggi, dan seterusnya.

Sinetron juga terkenal dengan kisah cintanya. Istilah-istilah seperti “Aku tidak bisa hidup tanpa kamu”, “Apalah artinya diriku tanpa dirimu” atau “Kamulah segalanya bagiku” akan dengan mudah kita temui di sini. Istilah-istilah seperti ini yang kemudian di copy paste begitu saja oleh anak-anak muda kita. Alhasil tidak sedikit terjadi peristiwa bunuh diri yang latar belakangnya hanya karena putus cinta.

Komedi.
Ada beberapa konsep acara komedi di televisi. Ada yang dalam bentuk talkshow, komedi tunggal atau para pemain yang langsung bermain di atas panggung dengan candaan mereka. Dari beberapa program komedi ini ada beberapa yang bercandanya dengan cara yang cerdas, ada pula yang bercandanya asal-asalan. Mereka yang bercandanya dengan asal-asalan biasanya akan menggunakan kekurangan fisik lawan mainnya sebagai umpan agar menjadi sesuatu yang lucu. Mereka juga dibantu oleh penonton bayaran yang akan tertawa dengan candaan para pemain meski jokesnya sama sekali tidak lucu. Hingga terlihat sekali tertawa mereka dipaksakan. Beberapa waktu yang lalu juga sempat tenar bercandaan yang menggunakan properti-dari gabus-untuk menyakiti lawan main, pun dengan menyiramkan tepung ke kepala lawan main. Saya tidak tahu dimana letak kelucuan dengan menyiram kepala lawan main menggunakan tepung.

Selain trik di atas, ternyata menceritakan masalah pribadi juga menghiasi acara-acara lawakan ini. Tentu saja tidak semua. Biasanya yang melakukan ini adalah acara lawakan yang konsepnya asal-asalan dan pemainnya juga tidak terlalu cerdas mengeluarkan jokesnya. Saya sekali lagi benar-benar ingin bertanya, ini sebenarnya acara komedi apa acara gosip?

FTV. Ada beragam acara FTV, mulai dari yang bergenre romance atau religi. Dulu FTV religi selalu terkenal dengan ceritanya yang berhubungan dengan azab kubur atau azab di dunia bagi orang yang berkelakuan jahat. Kalau saat ini setahu saya sudah tidak ada lagi FTV religi yang bercerita tentang azab kubur. Saya tidak sedang menafikkan tentang balasan bagi orang-orang yang dholim baik di dunia, alam kubur atau akhirat nanti. Hanya saja penggarapan FTV ini menurut saya malah agak jauh dari nilai-nilai Islam sendiri. Mereka menceritakan Islam hanya terbatas pada dosa-pahala, halal-haram, surga-neraka. Hal itu memang bagian dari konspe Islam. Tapi Islam tidak hanya terbatas pada hal itu. Naif sekali jika kita mengartikan Islam hanya tentang pahala-dosa, halal-haram dan sebagainya.

Selain itu ceritanya juga secara tidak langsung menggambarkan orang Islam yang terkesan bodoh. Misalkan seorang yang taat pada Allah-biasanya digambarkan dengan memakai pakaian Islami dan sering mengucapkan dzikir kepada Allah-selalu digambarkan sebagai pihak yang kalah, teraniaya, tidak bisa apa-apa, hanya diam saja ketika didholimi, dan sebagainya. Kenapa harus menggambarkan seorang muslim dengan cerita seperti ini? Atau misalkan cerita tentang seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya. Lalu di akhir cerita anak tersebut akan mendapatkan adzab dengan menjadi lumpuh, bangkrut, masuk penjara atau yang lainnya. Mungkin saja dalam kehidupan nyata cerita tersebut benar adanya. Tapi ketika cerita seperti ini hanya dipahami dengan satu kerangka berpikir saja, adzab misalkan, saya tidak bisa 100% setuju. Bukannya saya tidak percaya adzab, tapi saya sangat menyayangkan pembuat FTV yang lebih memilih adzab sebagia tema utama cerita.

Padahal jika dilihat pada sejarah Islam sendiri ada banyak sekali tokoh-tokoh Qurays yang begitu memusuhi Islam dan Nabi Muhammad, tapi pada akhirnya mereka malah menjadi orang-orang mulia dan berlaku lembut. Tanpa harus mengalami lumpuh dulu misalnya untuk mereka menyadari kesalahannya. Mereka menjadi berubah karena sifat kasih sayang, pemaaf serta kecerdasan Rasulullah. Nah, sifat kecerdasan seorang muslim inilah yang luput dari FTV ini.

Islam juga tidak dibangun dengan kekuatan-kekuatan dan kejadian ajaib yang biasanya ditampilkan dalam FTV tersebut. Memang tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak, termasuk kekuatan dan kejadian gaib yang terjadi pada seorang hamba. Tapi sekali lagi Islam tidak hanya sebatas pada hal itu. Allah juga menerapkan sunnatullah atau hukum alam. Sesuatu terjadi pasti ada akibatnya. Seseorang akan mendapatkan rezeki ketika ia berusaha. Sedangkan di FTV ini sering diceritakan orang yang baik tiba-tiba mendapatkan emas sekarung, atau menanam mentimun yang di dalamnya ada emasnya tanpa harus bersusah payah terlebih dahulu. Wah.

Kalau cerita ini diulang-ulang terus, maka tidak menutup kemungkinan orang yang menontonnya akan mengatakan “Kalau begitu aku tidak usah bekerja, cukup berdoa dan berbuat baik saja”. Inikan jadi mendistorsi pemahaman agama sendiri. 

Dari beberapa ulasan saya di atas tentang acara televisi, kita pasti sudah bisa menjawab sendiri kira-kira apakah acara televisi kita menyehatkan atau malah sebaliknya.

No comments:

Pages