Kesibukan di Awal Bulan Ramadan - FLP Blitar

Kesibukan di Awal Bulan Ramadan

Bagikan




“Lagi di Malang ya?” Seorang teman mengirimkan pesan lewat WA ke ponsel jadul saya pada sabtu pagi, sementara kala itu posisi saya lagi di rumah Irsyad untuk persiapan acara FLP Blitar Goes to Campus ke IAIN Tulung Agung.


Hari selasa sebelumnya memang ada ajakan untuk mengikuti pembukaan Kajian Ramadan di DOME UMM, yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo. Acara itu diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Acara berlangsung sampai hari ahad malam, sehingga jika saya ikut, kemungkinan akan menginap di Malang.



Namun karena undangan FLP GTS ke IAIN Tulung Agung sudah lebih dahulu, maka saya tidak ikut ke UMM, sehingga bisa ikut dalam tiga agenda FLP Blitar, termasuk rutinan hari ahad dan kunjungan ke rumah Pak W Haryanto untuk membahas kegiatan Hari Puisi 26 Juli nanti.

Bersantai di Philokofie sambil membaca buku karya Gus Mus


***
Awal Ramadan 1438 H ini sudah harus berkutat dengan persiapan Baitul Arqom Ramadan, yang mendatangkan tiga narasumber. Dua diantaranya adalah Mustofa B. Nahrawardaya (pengamat Terorisme) dari Jakarta, dan Dr. Basuki Babussalam (Anggota DPRD Jatim).

Saya bertugas membuat keperluan persuratan, sehingga menghabiskan banyak waktu di depan komputer. Karena itu, energi untuk menulis pun hanya saya batasi khusus menulis wajib, alias pekerjaan saya sebagai kontributor dan mengedit beberapa tulisan yang masuk ke email. Tulisan lain, termasuk mengisi website FLP Blitar pun menjadi terabaikan.

Belum lagi undangan buka bersama dan kajian ramadan ke beberapa tempat. Sampai saat ini saja belum ada kesempatan untuk shalat tarawih di Musholla atau Masjid dekat rumah. Bahkan sempat Shalat Tarawih di Musholla Rumah Makan Joglo Jatinom, dikarenakan agenda diskusi masih berlanjut setelah buka puasa, break untuk shalat isya plus tarawih dan berlanjut ngobrol kemudian sampai sekitar jam 21.00.

Di Rumah Joglo itu ada diskusi tentang rencana bisnis dibidang kuliner yang berbasis gerobak, seperti halnya brand bisnis via gerobak yang marak belakangan ini. Salah satu menu yang direkomendasikan adalah bebek goreng.

Undangan yang juga harus saya hadiri adalah kajian ramadan di Masjid Attaqwa, Jl. Cokroaminoto 3, karena penceramah yang hadir adalah senior saya ketika di Malang, yang saat ini lebih banyak di Jakarta karena menjadi Sekjend IMM Pusat. Jadi bisa diibaratkan itu tamu dari Jakarta.

Keesokan harinya undangan berbuka puasa dari Komisioner KPUD Kota Blitar, Pak Choirul Umam, dilanjutkan dengan diskusi politik terkini sampai (selepas) waktu tarawih. Akhirnya sebagian dari kami melakukan shalat tarawih diluar jam kebanyakan orang. Untungnya waktu tarawih itu longgar (musawwa’) secara fiqh sampai menjelang fajar, meskipun menurut kitab Al Fiqh Al-islam wa Adillatuh (1091), shalat tarawih baiknya dikerjakan awal waktu.

Jadwal menulis Jum’at berikutnya juga tidak bisa saya lakukan. Bahkan beberapa tugas editing yang harusnya saya kerjakan juga tertunda, sampai sedikit mendapatkan komplain karena keterlambatan posting berita.

Namun ya begitulah bulan Ramadan. Kegiatan selalu bertumpukan, karena waktunya hampir bersamaan. Biasanya disertai dengan buka puasa bersama. Namun saya masih untung karena tidak terikat dengan pekerjaan yang disesuaikan jamnya. Berbeda dengan dulu, ketika masih ngantor.

Seringkali saya mendapatkan tugas tambahan, bahkan sampai malam. Alasannya, karena masih belum berkeluarga. Meskipun ada tambahan insentifnya. Sementara staf yang lain, sudah berkeluarga, sudah memiliki anak dan harus meluangkan waktu untuk keluarga. Karena alasan tersebut saya tidak jadi protes kepada kepala bagian waktu itu.

Ketika akhirnya saya keluar karena alasan hendak lanjut studi, rasanya sungguh berbeda. Bisa kesana-kemari, termasuk mengurusi komunitas seperti FLP Blitar. Meskipun dulu dan sekarang tugasnya tidak jauh berbeda. Tetap saja lebih banyak di depan layar monitor. Yang paling terasa perbedaannya adalah honor. Hehe,

Bedanya pula tidak ada jam kantor, tidak harus check lock via finger print. Dari sinilah muncul fikiran untuk berwirausaha saja, namun pada bidang yang sama. Meski masih menimang-nimang, masih labil juga antara kerja di lembaga, misal menjadi Pendidik atau praktisi media. Apa memulai untuk membangun media sendiri.

Yang agak terlupakan juga adalah waktu olahraga. Memang bukan olahraga kardio, tapi hanya olahraga sederhana seperti peregangan, angkat beban, lari kecil, push up dsj. Karena bulan puasa, biasanya olahraga dilakukan sebelum berbuka, sebelum tidur, atau sebelum sahur. Paling sering sebelum tidur.

Olahraga kecil sangatlah penting, dan bisa jadi kebutuhan wajib, mengingat banyak aktivitas yang dihabiskan di depan monitor. Belum kalau lagi bermain hp dan nonton televisi. Akhirnya kurang gerak. Tubuh menjadi mudah lelah, dan bangun tidur untuk sahur jadi agak susah.



Makanya, untuk menyegarkan fikiran, selepas acara ke IAIN Tulung Agung sabtu kemarin, kami mampir ke air terjun alam kandung, daerah Tanen, jaraknya sekitar 5 km dari pasar Rejotangan. Merasakan jernihnya sumber air, meski bibir dan kerongkongan kering karena berpuasa. []

Blitar, 09 Ramadan 1438 H
A Fahrizal Aziz

No comments:

Pages