H A M K A - FLP Blitar

H   A   M   K   A

Bertahun sudah cahaya putih itu berlalu. Bertahun sudah bias indah itu tinggalkan kalbu. Kala rimba kegelapan merajah matahati. Setitik pelita tersisa  bangkit dan nyalakan api, di bawah temaram lentera hati, pandu selaksa jiwa sepi meniti rimba kelam tak bertepi.

Waktu berjalan, tandai kepergian itu dalam guratan-guratan di tubuh zaman. Tinggalkan ingatan tertanam dalam ladang kalbu selaksa insan. Namun cahaya sejatimu tak pernah pergi. Bimbing kami susuri kegelapan yang cengkeram sanubari.

Buku memori datang wajahnya tergopoh. Gegas dibukanya laman-lamannya yang rimpuh. Wajah terkantuk itu baca diri dengan suara ringkih. Lalu pandangiku di atas mata yang nanar.

"Ingatkah, kau? Kala tangis masih temanimu di ayunan? Kala sarayu datang dan candaimu? Lalu kucing, burung, ayam panggil-panggil nama kecilmu? Tanaman berayun-ayun melilingmu? Suara mereka hamparkan repih indah mutiara sang guru, taburkan di halaman relung kalbu, dan nyalakan cahaya yang dipetik dari pohon sucimu"

Hujan turun dengan wajah ragu-ragu. Buku memori menengok sembari teteskan air mata sendu. Dibacanya karya-karya iman penuntun jiwa, disimaknya karya-karya sastra pencerah sukma, dan diresapinya kazanah ilmu, tuntunan baca hakekat dunia.

Lalu ia kembali pandangiku. Matanya berbicara dengan tatapan haru. Bimbing matabatinku baca diri. Gegas kontemplasi diri rengkuh erat kalbu.

Tanpa kusadari begitu dekat ruh semangatmu rasuk kalbuku. Tanpa kusadari aku telah tumbuh dalam ajar luhurmu. Tanpa aku sadar, kau telah jadi guruku. Dari waktu ke waktu sang zaman selalu ingatkanku tentang sumbangsihmu

Buku memori kembali memandangku dengan senyum membeku. "Sepeninggalnya semangat keilahian itu tetap hidup di kalbuku," kataku, "kulihat di mana pun sekelilingku cahaya itu berbisik tentang petuah luhur. Dan, senyum arifmu penuhi sudut-sudut mataku yang terbias dari selaksa cahaya insan."

Oh, guru, mutiara-mutiara itu. Tak pernah lekang dari ingatanku. Kami akan teruskan perjuanganmu. Perjuangan luhur yang terukir kuat di relung kalbu.

Oh, cahaya putih. Yang selalu nyalakan pelita kala senja tiba. Singkirkan kabut pembelenggu jiwa. Tebarkan mutiara-mutiara di penjuru taman kalbu. Bimbing langkah para insan lintasi gelapnya rimba.

Bumi Putra Sang Fajar,  3 Des 2020

No comments:

Pages