Rutinan FLP Blitar : Catatan yang Terlambat tentang Puisi - FLP Blitar

Rutinan FLP Blitar : Catatan yang Terlambat tentang Puisi

Bagikan

Oleh : Ahmad Radhitya Alam

Mungkin ini adalah sebuah catatan yang terlambat. Tapi setidaknya sudah saya tuliskan. Sebuah permintaan maaf yang tulus saya sampaikan karena keterlambatan ini. Hal ini beralasan karena banyaknya tugas di sekolah. Semoga Anda bisa memakluminya.

Minggu 11 Februari 2018 merupakan pertemuan FLP Blitar pertama yang saya ikuti setelah beberapa waktu bergulat pada aktivitas teater. Sebenarnya saya agak bingung apakah akan hadir atau tidak? Karena, seharusnya pada hari itu ada kegiatan sekolah. Berhubung ada amanah untuk membagikan sedikit ilmu saya. Akhirnya saya berusaha hadir dan mengubah jadwal kegiatan.

Pada pukul 08.30 aku berangkat dari rumah dengan segera setelah menyelesaikan beberapa tugas. Langsung saja saya menuju Perpustakaan Nasional Bung Karno, tepatnya di lantai 2 sebelah barat. Sampai di sana ternyata sudah banyak yang berkumpul menunggu acaranya dimulai. Hari ini jadwalnya adalah mengenai puisi dan seluk-beluknya. Saya deg-degan harus bicara menyampaikan apa. Karena kalau dipikir-pikir saya masih anak baru di dunia kepenulisan. Selain itu juga keilmuan saya masih jauh di bawah teman-teman yang lain. Ya maklumlah, saya masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Ah, apapun yang terjadi aku harus bisa. Tidak ada hal yang tidak mungkin dalam kuasa-Nya.

Berhubung semuanya sudah siap dan waktu sudah siang. Akhrinya pun rutinan dimulai dan kebetulan yang bertugas menjadi MC pada hari itu adalah mas Fahri. Acara dimulai dengan kultum yang disampaikan oleh mbak Ana Fitriani. Kultum tersebut membahas bagaimana pendidikan dewasa ini, juga membahas budi pekerti siswa. Tetapi yang menjadi pokok dari kultum tersebut yaitu bagaimana tata karma siswa yang baik terhadap gurunya. Apalagi beberapa minggu yang lalu ada kabar tentang guru di Sampang yang dibunuh oleh siswanya sendiri.

Setelah kultum berakhir, mas Fahri mempersilahkan saya untuk menyampaikan materi. Ya, mau tidak mau akhirnya saya menyampaikan materi tentang puisi. Dimulai dengan pengertian puisi yang agak rumit. Teman-teman mencoba mengartikan dengan satu, dua kata. Ada yang mengartikan puisi itu indah, jujur, sulit dipahami. Tetapi kebanyakan mengartikan puisi itu sebagai hal yang rumit.

Kemudian kami belajar untuk membuat puisi. Mulai dari tahap menentukan tema, pemilihan diksi, hingga akhirnya membacakannya. Semua rata-rata sudah dapat membuat puisi dengan baik. Tetapi hanya gaya penulisannya saja yang berbeda.

Sesi hari itu diakhiri dengan foto bersama dan pembagian tugas untuk minggu depannya. Kebetulan saya dapat tugas menulis catatan rutinan. Saya sebenarnya belum mahir untuk menulis. Yah, tapi apa boleh buat. Kalau belum dicoba, sampai kapan kita mau menjadi seorang yang tidak bisa.

loading...

No comments:

Pages