Antara tahun 2011-2014 menjadi masa yang cukup produktif bagi saya. Setidaknya ada 4-5 tulisan saya buat setiap minggu, baik tulisan bebas untuk blog, opini koran, atau tugas liputan.
Menulis seolah menjadi bukti eksistensi, dan sekaligus bukti kalau materi yang kita serap diperkuliahan mampu kita rangkai ulang menjadi potongan-potongan persepsi.
Selain itu karena iklim yang menunjang, beserta gesekan akademik yang sengit. Termasuk, hawa dingin Kota Malang pada pertengahan tahun, yang seringkali mengundang imajinasi dan suasana melankoli.
Muncul banyak ide, lecutan, dan pertalian atas realitas yang harus diungkap ; kemacetan jalan, hedonisme, genangan air di musim hujan, sampai paradoks-paradoks lain yang kita temui.
Menulis menjadi sesuatu yang penting dalam rangka memuntahkan segala yang berjubel di otak, yang tersendat untuk kita ungkapkan melalui lisan, sebab keterbatasan ruang dan pendengar.
Namun, menulis adalah bagian integral dalam hidup saya. Betapapun, pada akhirnya saya akan kembali melakukan itu, terutama ketika dahaga jiwa datang. Menulis ibarat mereguk telaga rasa, menulis adalah seni tersendiri.
Karenanya mungkin sulit untuk saya tinggalkan. []
Blitar, 22 Februari 2018
Ahmad Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com
No comments:
Post a Comment