Jadi Tarzan di Hutan Kalimantan - FLP Blitar

Jadi Tarzan di Hutan Kalimantan

Bagikan


Oleh Arif Budairi

Awal september 2008, 2 bulan setelah lulus dari SMKN 1 Blitar,ada teman akrab bapak yang nawari agar aku ikut adiknya yang bernama Hasani bekerja di perusahaan bidang kontraktor pertambangan batubara di Kalimantan Timur. Aku kaget saat bapak tanya apakah aku mau bekerja di Kaltim? langsung terasa kaku lidahku, aku tak bisa langsung menjawab pertanyaan bapak, akhirnya aku diberi waktu 1 hari untuk berfikir dan merenungkan keputusan yang harus diambil.

Seharian aku berfikir tentang jawaban yang harus kuberikan kepada bapak, kota Blitar saja aku belum hafal jalurnya dan tahu semua kawasannya apalagi Kalimantan yang begitu luas dan aku nanti sendirian disana. Tak ada keluarga dan sanak saudara.

Saat masih SMK, aku jarang jalan-jalan soalnya mau pakai motor bapak sungkan rasanya, karena gak sanggup belikan bensin dan belum punya sim. Apalagi setelah pulang sekolah harus bantu bapak di sawah dan terkadang bantu cari kayu bakar di bukit desa tetangga, di desa Dawuhan yang jaraknya sekitar 3 km dari rumahku. Jadi keinginan mau jalan-jalan pun hilang karena badanku terasa capek tiap hari ke sekolah naik sepeda ontel. Selain itu pulang bantu bapak juga sudah sore.

Maka dari itu jalur area kota Blitar yang notabene kota kelahiranku gak bisa kuhafal dengan baik. Tapi setelah seharian ku renungkan ternyata tawaran bapakku ada benarnya juga, soalnya aku sudah berusaha cari pekerjaan di 5 perusahaan gagal semua dan mau kuliah juga belum punya biaya. Sementara adikku juga masih sekolah, akhirnya ku putuskan untuk menerima tawaran bapakku agar ikut pak Hasani bekerja di Kaltim, siapa tahu selain bisa bantu ekonomi keluarga disana nanti kerjaanku bisa ku jalani sambil kuliah juga.

Akhirnya pada bulan puasa, tepatnya seminggu sebelum lebaran, aku disuruh menemui pak Hasani di rumahnya yang ternyata dekat dengan rumahku, pertama kali datang kerumahnya aku merasa gugup dan sedikit takut soalnya aku belum pernah bertemu dengan Pak Hasani.  Rumahnya besar, mewah dan bersih. Akhirnya kuberanikan diri melangkah masuk ke halaman rumahnya dan langsung ku ucapkan salam, aku semakin gugup karena tak lama keluarlah Pak Hasani, ternyata orangnya tinggi besar, suaranya lantang, wajahnya sangar dan nada bicaranya tegas berwibawa.

Setelah bersalaman denganku pak hasani bertanya nama, alamat dan tujuanku datang kerumahnya, langsung kujawab semua pertanyaan beliau dan akhirnya kutunjukkan berkas lamaran kerjaku karena beliau ingin melihat ijazahku dan berkas pribadiku yang lainnya.

Berkasku memenuhi kualifikasi dan syarat perusahaan. Tapi aku disuruh menunggu panggilan kerja dalam waktu sebulan, setelah itu aku pulang dengan perasaan lega tapi masih agak cemas, apakah aku nanti siap bila hidup sendirian di Kalimantan yang belum sekalipun aku menginjakkan kaki disana, belum tahu kondisi alamnya, belum tahu gaya hidup masyarakatnya,belum tahu adat istiadatnya dan belum tahu makanan sehari-harinya, tapi aku punya prinsip bahwa apa yang ku ucapkan pantang ku tarik kembali, jadi lelaki harus berani menerima tantangan, mempertanggungjawabkan keputusannya.

Aku sudah berniat untuk jadi orang sukses dengan kerja kerasku sendiri, agar bisa mengangkat derajat dan martabat orangtua, membalas budi kepada orang tua yang telah susah payah mencari biaya untuk menyekolahkanku selama ini.

Setelah bersabar menunggu selama sebulan, akhirnya aku di beritahu pak Hasani untuk berangkat kerja ke Kaltim tanggal 30 oktober 2008, tapi waktu itu beliau cuma memberiku nomor telfonnya dan alamat mess perusahaan yang akan kutuju nanti. Beliau bilang kalau aku harus bisa menemukan alamat tersebut, resiko ketemu atau gak tergantung dari usahaku sendiri, dan 3 hari sebelum tanggal keberangkatanku, tak lupa aku berpamitan kepada keluarga dan sanak family yang kebetulan lokasi rumahnya banyak berada di desa Dawuhan yang dekat dengan rumahku, sekalian mengurus surat dan dokumen pelengkap ke kantor kelurahan, kecamatan, dan polsek kademangan.

Sayang aku harus menjual 4 ekor kambing peliharaanku yang dulu kubeli dari hasil dapat uang saku khitan saat kelas 5 SD untuk membeli tiket pesawat dan tiket travel perjalanan serta buat peganganku sebelum resmi bekerja di Kaltim nanti.  Sedih tapi apa boleh buat demi mendapat kerjaan yang halal, kurelakan saja, karena aku yakin bahwa Alloh SWT akan mengganti pengorbanan manusia yang bertujuan baik dengan pahala dan rejeki yang berlipat ganda.

Akhirnya tanggal 30 oktober tiba, hari dimana aku harus berpisah dengan orang tuaku, adikku dan sanak family untuk berangkat kerja ke Kaltim.  Pukul 4 pagi, aku berpamitan kepada ibuku dan saat itu lidahku terasa kaku seakan tak sanggup berbicara hingga tak terasa air mata menetes membasahi pipi karena aku melihat ibuku juga menangis, tapi masih ada bapakku yang dengan sabar menghibur dan menguatkan hatiku untuk lebih tegar menghadapi cobaan hidup, karena seorang laki-laki suatu saat nanti akan jadi kepala rumah tangga yang tentunya akan memikul beban dan cobaan yang lebih berat serta punya tanggungjawab untuk menafkahi istri dan anaknya. 

Jadi fisik dan mental harus ditempa sejak dini, mumpung masih muda harus punya kemauan untuk bekerja keras melatih keterampilan diri dan mengumpulkan modal untuk bekal masa depan nanti, jadi saat ingin menikah sisi spiritual dan finansial kita sudah siap. Setelah mendengar nasehat bapak aku jadi tenang.

Akhirnya dengan kemantapan hati kucium tangan ibu untuk berangkat ke Kaltim.

Aku berangkat diantar bapak menuju agen travel di dekat terminal bus kota Blitar, lima menit kemudian kami naik mobil yang disediakan pihak travel untuk mengantar kami ke bandara Juanda di Sidoarjo.  Perasaanku kembali sedih saat mobil yang ku tumpangi melaju semakin jauh meninggalkan kota kelahiranku tercinta ini, kota Blitar! jadi meskipun terasa ngantuk tapi mataku tak bisa terpejam karena perasaanku yang tak karuan, sedih karena berpisah dengan keluargaku dan senang karena akan mendapat pekerjaan campur aduk jadi satu, bisa dibilang asam, manis, sepet rasanya sehingga pemandangan alam dan kota yang kulewati selama perjalanan pun terasa tak indah dipandang.

Tak terasa telah kutempuh 4 jam perjalanan dari Blitar ke Sidoarjo, dan pukul 9.00 wib sampai di bandara Internasional Juanda.  Tambah sedih hatiku saat melihat ada pesawat yang lepas landas dari bandara juanda dan terbang meninggalkan pulau Jawa.  Tapi beruntung masih ada bapak yang terus memberiku semangat dan motivasi untuk menguatkan hatiku, akhirnya aku merasa tenang dan semangat lagi.  Pukul 11.00 wib aku harus masuk ke ruang check in karena pesawat yang akan ku tumpangi berangkat pukul 12.30 wib, dengan berat hati aku berpamitan kepada bapak dan mencium tangan minta doa restu dari beliau, tak terasa air mata merembes keluar lagi ketika aku melihat wajah bapak untuk terakhir kalinya.  Tapi demi meraih kesuksesan aku harus kuat melalui tantangan ini, aku harus bisa buat orang tuaku bangga karena demi meraih kesuksesan pasti ada pengorbanan dan kerja keras yang harus dilakukan.

Setelah melewati petugas pemeriksaan barang di pintu masuk aku agak bingung mencari loket maskapai pesawatku karena baru pertama kali ke bandara. Kebetulan pas bertanya ke penumpang lain ternyata orang itu 1 pesawat denganku dan akhirnya ku ikuti saja dia sampai naik kedalam pesawat.  Aku kagum saat pertama kali lihat kabin pesawat yang bersih, rapi, mewah dan ada AC nya lagi.  Apalagi pramugarinya cantik dan seksi, lumayan bisa sedikit menghibur hati, tapi rasa sedih muncul lagi ketika ku lihat dari jendela pesawatku lepas landas dan terbang semakin tinggi meninggalkan pulau Jawa yang semakin jauh dan hilang tertutup awan. 

Aku hanya bisa pasrah dan berdoa, semoga Alloh SWT melindungiku di perjalanan, karena aku sudah bertekad bahwa waktu pulang kampung nanti, harus lebih baik dari sebelumnya agar bisa buat orangtua bangga dan bahagia.

Akhirnya sekitar pukul 15.20 wita, pesawatku mendarat di bandara Sepinggan kota Balikpapan Kalimantan Timur.  Setelah turun, suasana khas Kalimantan langsung terasa karena di atap bandara ada ukiran dari kesenian khas suku Dayak.  Aku langsung menuju ke loket taksi bandara dan memesan taksi agar mengantar ke alamat tujuanku. 

Keluar dari bandara taksi langsung menjemputku, syukurlah ternyata sopirnya orang Blitar juga yang sudah lama merantau di Kaltim, lega hatiku karena bertemu dengan orang sekampung halaman.
Perjalanan 2 jam lebih baru sampai ke mess perusahaan tempat pak Hasani bekerja di Kec. Samboja, Kab. Kutai kartanegara.  Beliau langsung menyambutku dan mengucapkan selamat bahwa aku lulus dari tes pertama, yakni berani pergi sendiri ke Kaltim dan bisa menemukan alamat yang diberitahukan kapadaku. 

Aku langsung disuruh istirahat, tak lama kemudian aku tertidur karena lelah banget telah menempuh perjalanan seharian dari Blitar ke Kutai Kartanegara.
Seminggu pertama di mess aku merasa gak betah.  Karena cuaca yang tak menentu, hujan dan panas bergantian mendadak, suhu yang dua kali lipat lebih panas, jauh dari kota, minim fasilitas umum dan air yang keruh seperti bensin dan tak terasa segar seperti air di Blitar, sungguh membuatku ingin pulang.  Tapi apa boleh buat aku sudah tak punya uang untuk pulang dan aku tak ingin membuat malu diriku dan orangtuaku, aku tak ingin dicap sebagai laki-laki yang tak punya nyali, aku harus bisa sukses.  Ku beranikan kerja jauh jadi tak boleh pulang dengan tangan hampa, jadi harus terus berusaha bertahan,  akhirnya aku mulai terbiasa.

Setelah seminggu kemudian mendapat tes teori dan tes praktek lalu dinyatakan lulus, aku diajak pak Hasani ke lokasi tambang batubara untuk pengenalan lingkungan tambang, sistem kerja dan tata cara kerja yang benar.

Awalnya aku kaget dan kagum melihat lokasi tambang yang luas dan alat berat dengan ukuran besar yang digunakan untuk exploitasi batubara, yang menarik yakni bertemu dengan karyawan yang berasal dari berbagai macam suku di Indonesia dengan keunikan bahasa serta perilakunya.

Setelah seminggu mengikuti proses pengenalan lingkungan tambang dan aturan yang berlaku bagi karyawan baru, maka aku mengikuti proses on the job training(OJT) atau pelatihan cara kerja dan waktu itu ditempatkan di posisi checker atau bagian pengecekan hasil produksi.  Tiap hari masuk kerja pukul 6.30 wita dan pulang pukul 18.30 wita, diberi jadwal 2 minggu kerja libur 1hari terus cuma digaji 40 ribu perhari selama 3bulan masa training dan kalo dinilai atasan hasil kerjaku buruk maka akan dipulangkan.

Jadi mesti terima apa adanya, syukurlah makan dan tempat tinggal sudah ditanggung perusahaan, meskipun sempat 2 bulan aku disuruh ngekos, dan untung waktu itu ada teman kerja yang nawari agar aku tinggal bersama kakek dan neneknya.

Ternyata mereka orang Jawa juga tapi dari Wonosobo Jateng, dulu mereka ikut program transmigrasi pemerintah tahun 1980 dan yang membuatku terkesan yakni perlakuan mereka kapadaku yang sangat baik, aku merasa seperti berada di tengah keluargaku sendiri.

Setelah 3 bulan masa training kerja selesai dinyatakan lulus, maka aku diberi kontrak kerja pertama selama 1 tahun.  Aku disuruh pindah ke mess perusahaan dan dipindah sebagai asisten surveyor / karyawan pengukur luas hutan yang akan dibuka dan mendesain bentuk tambang yang akan diambil batubaranya.  Jadi tiap hari aku berjalan kaki sambil membawa perlengkapan regu survey seperti kapak, pisau, pita, spidol, patok kayu, air buat minum dan wudhu, dan yang paling berat adalah teropong khusus pengukur luas lahan dan tiap hari mesti kugendong kesana kemari mengitari lahan pertambangan. 

Tiap pulang kerja badan terasa capek banget, tapi aku tak akan menyerah begitu saja, aku tahu bahwa jalan menuju kesuksesan itu tak mudah, banyak cobaan yang harus dilalui serta harus mau bekerja keras dan usaha yang total disertai kesabaran.  Aku selalu ingat pesan bapak bahwa “jer basuki mowo beyo” yang berarti kita tak akan sukses bila tak mau bekerja keras dan berkorban dahulu.

Tak terasa 1 tahun kulalui setiap hari dengan aktivitas yang sama yaitu berangkat kerja dan pulang ke mess yang notabene lingkungannya di pedalaman, jauh dari kota dan fasilitas modern seperti di Jawa apalagi sinyal handphone yang lancar cuma Telkomsel, tapi syukurlah tiap pulang kerja aku masih bisa menelfon orangtua di rumah jadi rasa rindu kepada keluarga dan kampung halaman bisa terobati.

Ramadhan tahun pertama di Kaltim terasa berat, karena cuaca panas sekali dan yang paling berat saat malam takbir Idul fitri, aku malah ditugaskan piket jaga alat berat di tambang karena karyawan domisili lokal diliburkan 3 hari.  Sedangkan karyawan non lokal dapat jatah piket, jadi aku hanya bisa sungkem meminta maaf kepada orang tua melalui telfon.  Aku sedih, karena orang lain bisa merayakan lebaran bersama keluarganya sedangkan aku hanya bisa terdiam bersama alat berat di hutan, syukurlah masih ada karyawan lain yang juga berasal dari Jawa bisa diajak berbagi cerita dan merayakan lebaran walau seadanya saja.

Jenuh sebenarnya, tapi ku sadari harus bantu ekonomi keluarga, aku harus sukses serta suatu saat bisa kuliah dengan hasil usahaku sendiri. Tak terasa sudah 14 bulan aku bekerja dan tiba saatnya aku pulang ke Blitar, senang banget rasanya saat aku menuju bandara sepinggan di Balikpapan, tak sabar aku ingin melihat orangtua, adikku, sanak family, teman-teman serta kota Blitar tercinta yang telah lama ku tinggalkan.  Tiba di bandara Sepinggan, aku segera menuju pesawat yang akan membawaku pulang ke tanah kelahiranku dan sekitar 1 jam 20 menit pesawatku akhirnya mendarat di bandara Juanda Sidoarjo.  Rasa haru campur bahagia menyelimutiku serta tak menyangka bahwa aku berani bepergian sendirian dari Kaltim ke Jatim padahal ke Blitar saja jarang banget. 

Setelah keluar dari Juanda, aku naik bus menuju ke terminal Bungurasih dan sampai disana langsung pindah naik bus jurusan Blitar. 

Setelah 4 jam perjalanan aku tiba di rumah, bahagia rasanya setelah setahun lebih aku bisa melihat lagi orangtua, adik, sanak saudara, teman-teman dan segala hal yang selama ini ku tinggalkan.

Waktu cuti yang diberikan cuma 2 minggu dan bagiku terasa singkat banget, belum puas menikmati kebersamaan dengan keluarga aku harus kembali bekerja ke Kaltim. 

Saat perjalanan pulang yang ada cuma perasaan senang tapi saat perjalanan kembali ke Kaltim rasa sedih kembali muncul, tapi inilah resiko yang harus kujalani demi menggapai cita-cita dan meraih kesuksesan, sesampai di tempat kerja aku langsung dipanggil ke kantor menemui kepala produksi dan ternyata aku diberitahu bahwa hasil kerjaku selama ini dinilai memuaskan dan akan di ikutkan program pelatihan jadi operator alat berat selama 6 bulan.

Senang sekali rasanya karena dari awal kerja aku punya keinginan bila suatu saat nanti ingin jadi operator alat berat, yang paling mengesankan bahwa aku dapat bagian untuk ikut pelatihan jadi operator Excavator yang dari dulu memang jadi alat berat favoritku.  Aku bersyukur kepada ALLAH SWT atas segala anugerah yang telah diberikan kepadaku selama ini.

Masa pelatihanku telah genap dan aku resmi diangkat jadi operator Excavator karena telah dinyatakan lulus dari proses pelatihan beserta ujian kompetensi.  Dan kini ku jalani hari sebagai operator Excavator termuda di tempat kerjaku dan gajiku pun melonjak 2x lipat dari gajiku sebelumnya, sehingga bisa kirim uang lebih banyak kepada orang tuaku dan masih bisa menabung untuk biaya kuliah nanti serta mencukupi kebutuhanku sendiri.

Setelah 4 tahun bekerja masa berlaku kontrak kerjaku habis dan aku keluar dari perusahaan tempatku bekerja selama ini, lalu pulang ke Blitar. 

Selama 3 bulan di rumah aku belajar bertani di sawah membantu bapak, tak disangka temanku memberitahu bahwa ada perusahaan dibidang pertambangan batu bara sedang mengadakan seleksi penerimaan karyawan baru di hotel Tugu Sri Lestari yang terletak tak jauh dari aloon-aloon Blitar, aku memberanikan diri mengikuti seleksi tersebut karena aku ingin lebih mandiri dalam mencari pekerjaan. 

Setelah melalui beberapa tahapan tes akhirnya aku di nyatakan lulus dan diberangkatkan ke lokasi tambang di kab. Tanah laut, Kalsel.
Aku merasa lebih nyaman di perusahaan baruku karena dari segi manajemen, fasilitas dan gaji lebih baik dari sebelumnya dan dapat kontrak kerja selama 15 bulan sampai berakhir 30 juni 2014.  Setelah kontrak kerjaku berakhir aku memutuskan untuk tak lagi merantau karena aku tak sanggup bila harus terpisah jauh dari keluarga lagi dan setelah musyawarah dengan orangtua, ku putuskan untuk mewujudkan keinginan yang selama ini ku pendam yakni melanjutkan kuliah.

Akhirnya sekarang mimpiku jadi kenyataan karena telah resmi jadi mahasiswa di Universitas Islam Balitar/UNISBA.  Dalam hati ini semakin yakin bahwa,  jangan pernah berhenti terus berjuang demi cita - cita yang ingin kita gapai, harus punya keyakinan kuat untuk menggapai cita-cita karena ALLAH tak akan mengubah nasib kita bila kita tak mau berusaha. 

Jagalah shalat sebaik-baiknya karena bila shalat kita baik maka inshaa Allah, segala urusan kita akan di permudah oleh ALLAH SWT. 

Selalu berfikir optimis dan realistis akan membuat hati tenang serta terus bersemangat, semua yang terjadi pasti ada hikmahnya.  Yakinlah kesedihan hari ini bisa jadi bahagia esok hari.          



Kademangan, Juli 2017

Ku kan terus berjuang& ku kan terus bermimpi tuk hidup yang lebih baik
Harus yakin pasti bisa !

No comments:

Pages