Mentor-mentor di FLP Blitar - FLP Blitar

Mentor-mentor di FLP Blitar

Bagikan



Senin, 1 Juni 2020

Setiap kali bertemu teman, khususnya sesama pegiat literasi, selalu muncul pertanyaan : apa saja kegiatan di FLP?

Tidak harus kegiatan kok, jawab saya sembari menyodorkan alamat website yang berisi catatan kegiatan rutin mingguan.

FLP Blitar, adalah wadah kaderisasi penulis. Artinya, mereka yang gabung adalah untuk belajar menulis. Kriteria keberhasilannya pun ketika bisa menulis. Sangat sederhana, bukan?

Sebagai wadah kaderisasi, mentoring justru--sebenarnya--lebih penting ketimbang bikin seminar dan diskusi-diskusi, atau bikin acara gebyar gebyur yang membuat panitia teknis dengan kerja yang melelahkan. Kita kan bukan EO?

Namun sesekali tak masalah juga itu dijalankan, asal jangan terlalu keasyikan. Beberapa kali kita pernah mengadakan agenda seperti Seminar kepenulisan, Gempa puisi, parade sastra dan lain sebagainya.

Jangan lupa juga memerhatikan anggota, yang belum bisa nulis dengan baik.

Maka, pada periode 2017-2019 saat dipimpin Rosy Nusita, divisi kaderisasi menyodorkan beberapa draft terkait pola kaderisasi penulis.

Keanggotaan dibagi dalam 3 jenjang. Anggota utama, progresif, dan mentor.

Anggota utama adalah mereka yang masih butuh bimbingan, dan yang diutamakan untuk dilatih. Itu dilihat dari kualitas tulisannya.

Anggota progresif adalah mereka yang sudah bisa menghasilkan karya, dan harus terus didorong, diapresiasi, agar lebih produktif.

Lalu mentor, adalah pendamping. Tentu seorang mentor haruslah mereka yang sudah bisa menulis dengan baik, dan bertugas mendampingi, membina, dan memotivasi anggota.

Namun ada kekhususan juga, untuk mentor bahasa. Mereka yang menguasahi PUEBI, atau hal-hal yang terkait kebahasaan.

Selain itu, yang bergabung dengan FLP Blitar ada juga yang sudah punya banyak karya, sudah produktif, dan sudah mumpuni menjadi narasumber kepenulisan.

Ya, tentu bisa langsung jadi mentor.

Maka perlu jadi bahan evaluasi juga untuk mereka yang sudah gabung jadi anggota, bahkan punya NRA (Nomor Registrasi Anggota) yang diperoleh dari FLP Pusat, namun belum bisa menulis dengan baik.

Agar lebih fokus, pada periode 2019-2021 di bawah kepemimpinan Hendra Burhanudin, dibuat kelas yang lebih spesifik.

Ada kelas puisi, cerpen, dan esai. Masing-masing kelas memiliki ketua kelas dan mentor pun disesuaikan dengan bidangnya.

Apapun bentuknya, keberadaan mentor harus tetap diupayakan. Meski ada juga yang sungkan disebut mentor dan merasa belum layak.

Padahal, baik mentor atau bukan toh sama-sama belajar. Menjadi mentor akhirnya justru lebih rajin belajar karena harus menyampaikan materi.

Juga tak perlu sungkan. Jadi mentor itu mulia. Sebab dia membantu meningkatkan kemampuan anggotanya. Tulus, tak dibayar pula.

Maka kalau sudah dapat sesuatu di FLP, misanya sudah bisa nulis dan punya banyak karya, atau punya banyak fans, jangan lupa berbagi ilmu ke anggota baru.

Sayangnya, tidak semua anggota pun memanfaatkan kesempatan ini. Misalnya tidak memenuhi target yang diberikan, baik kelas puisi, cerpen atau esai.

Padahal ini kesempatan belajar, dengan dimentori orang-orang berpengalaman, tanpa perlu bayar mahal. Bayar paling-paling hanya beli modul dan buku, itupun kembali ke diri sendiri.

Harus ada interaksi resiprokal ; Mentor dan yang dimentori sama-sama aktif.

Kadang memang ada mentor yang lembut, ada juga yang agak pedas kritiknya. Namun mereka sama-sama tulus membagikan ilmunya. Gaya masing-masing orang memang berbeda.

Harus sabar, tekun, konsisten. Saya pun selalu berdoa agar mentor-mentor di FLP Blitar selalu diberikan keberkahan hidup, bahagia dan berarti karena dedikasi dan ketulusannya untuk berbagi.

Seperti slogan FLP : Berbakti, Berkarya, Berarti.

Salam literasi
Ahmad Fahrizal Aziz

No comments:

Pages