PILON #1 - FLP Blitar



pi·lon Jk a tidak tahu apa-apa; tidak tahu-menahu; bodoh: berlagak -- , pura-pura tidak tahu; pura-pura bodoh.

Saat Malam Menjadi Kawan
Pencuri.
Bulpoin biru ini memang suka mencuri waktu istirahat di malam hari. Merayap di tengah alunan suara jangkrik. Menulis apa keinginan hati si pemilik. Lalu meraba diri tentang hari ini dan membingkainya dalam etalase yang menarik. Kisah cinta? Ahh jelas bukan. Namun, jika makna cinta itu luas, bisa jadi iya, ini perihal cinta.  Sudah anggap saja cinta. Bukankah lebih menarik? Iya, cinta pada esensi yang lebih tulus dan murni. Cinta pada diri sendiri. Memantaskan untuk menjadi pribadi yang dinanti-nanti, kala dewasa menghampiri esok hari.
Jemari ini tak hentinya mencorat-coret apapun yang ada dalam benak. Sembari menulis cerminan hari ini, tak lupa juga menulis future life goals, mendata barang-barang impian yang ingin dibeli, merancang target mingguan, pula mencurahkan kisah cinta yang pasti akan selalu kututup rapat-rapat dari kepoan orang lain. Semua tertulis begitu natural tanpa pikir panjang, seakan sudah menjadi hal-hal yang tiap hari mengisi pikiran. Ya tapi impian-impian yang tertulis, tak bisa “simsalabim” langsung hadir di depan saya. Tentu butuh asah dan asuh. 
Tak lama kemudian, si jam dinding yang bertengger di ruang tamu begitu cerewet. Suka berdenting setiap pergantian jam, dan harus berdenting sejumlah jam yang disebutkan. Betapa risihnya ketika harus mendengar bunyi dentingan dua belas kali di malam hari terlebih sedang dalam suasana melankolis. Ambyar. Imajinasi yang sedang dibangun ambyar sudah. Yang tersisa malah atmosfir mistis karena suara jam tengah malam, terlebih jika mengingat kejadian aneh di halaman samping kamar 10 tahun silam.
Duh. Itu jam ga bisa diem”, sembari melirik ke arah jendela yang sebenarnya tertutup rapat.
Entah pada siapa aku mengomel. Yang jelas suara jam sangat mengganggu dan sedikit membuat kesal. Sudahlah. Memang sudah saatnya harus memaksakan tidur dan menghentikan kegiatan corat-coret yang hampir menjumpai dini hari.
Saat buku bersampul merah sudah tertutup sempurna dan diletakkan di atas meja, tiba-tiba mata ini melirik buku hijau yang duduk manis di sela-sela buku lain dalam rak buku kecil. Tenang! Bukan buku primbon atau sejenisnya. Melainkan….
Bersambung...



1 comment:

Imro'Atus Sa'adah said...

Next. Penasaran kelanjutannya

Pages