Surat Kematian
Hilir malam melukis buram
Kelam mencekik angan
Gemerisik dedaun dihela angin
Elang malam bertengger di dahan beringin
Sumbang suaranya elukan sedih
Tersapu bayu menembus hening jenggala
Mencipta ngeri
Kepak sayap kelelawar raksasa memecah hening
Gidik musang berlari ke lubang sembunyi
Gamang....
Tak bergeming
Alam berirama duka
Sehelai daun jatuh dari tangkai
Gugur dihempas arus pawana
Daun nan layu pun mengering
Takkan rimbun oleh guyuran hujan kemarin
Di atas dedaun itu tertulis jutaan nama
Bahkan namamu telah tersemat di sana
Empat puluh hari sebelum kematian
Daun itu kering pun layu
Gugur melayang
Malaikatulmaut pun datang meminang
Mencabut nyawamu dari badan
Blitar, 11 April 2017
Menggapai Asa yang Tertunda
Setahun berlalu begitu cepat
Di sudut beranda sunyi kucoba membuka ribuan memori
Kerlip bintang di angkasa tersenyum menggoda
Anganku melambung tinggi melintas jagad raya
Lembaran memori kusibak perlahan
Dewi malam tersenyum mengintai di balik awan
Rasa getir timbul tenggelam menatap paras rembulan
Mengingat asaku yang terlepas dari genggaman tangan
Luka pun kecewa menjalar padamkan pelita
Binar bulan tak seterang lentera jiwa
Kududuk termenung bertilam gulana
Mencoba bangkit meraih asa yang tertunda
Kucari musabab kegagalan
Kukumpulkan sisa-sisa semangat berserakan
Melangkah pasti mewujudkan impian
Merenda asa mewududkan kenyataan
Blitar, 30 April 2017
Kunanti di Atas Sajadah Biru
Kutambat erat namamu di dalam sanubari
Kusemat dalam doa yang kupanjat di tiap denyut nadi
Kucium lembut punggung tanganmu sebagai bukti bakti
Kubingkai senyum tulus iringi langkahmu pergi
Lengang malam menikam gebu rindu
Mendamba hadirmu mencium sajadah biru
Di tiap hilir malam kau menuntunku bersimpuh di altar suci
Bersujud menguntai doa meniti jalan surgawi
Kapan rindu ini akan beradu?
Tiga kali gema takbir, kau tak jua hadir
Getir kalbu menahan pilu rindu
Sajadah biru jadi saksi kecupan terakhir
Blitar, 8 April 2017
Ketika Hampa Meraja
Raga lusuh
Jiwa bergemuruh
Otak pun keruh
Hampa kian mengeluh
Sekeping asa membeku
Bulan bersinar pasi
Desah angin berembus lunglai
Lengkap sudah derita kurasa
Hampa meraja menguasai atma
Melarung gempita membunuh suka
Aku terkurung terpenjara,
oleh jeruji tak kasat mata
Mengingat-Nya adalah suatu jalan
Membabat hampa yang telah bersemayam
Ingatlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara
Blitar, 23 April 2017
Bertanam Petuah
Semakin berisi kian merunduk
Itulah ilmu padi, nduk!
Nasihat bijak sang ibunda
Pada putra-putri tercinta
Jangan kau berdiri pongah
Walau hartamu melimpah
Semua takkan berarti
Ketika ajal menanti
Senja hadir menyambut malam
Gulita datang langit pun kelam
Sudahkah kau bersiap diri?
Ketika elegi pagi tak lagi kau temui
Mari bertanam pohon petuah
Menjejak langkah di ladang berkah
Petuah takkan berkarat
Bahkan jadi amal bekal akhirat
Blitar, 14 April 2017
No comments:
Post a Comment