R.I.P Pus Merah |
Saya tak terlalu
ingat kapan tepatnya mulai memelihara kucing. Kalau tidak salah waktu masih
SMP, tiba-tiba ada seekor kucing yang datang ke rumah. Kucing itu kurus dan tak
terurus. Lalu adik saya merawatnya sampai besar dan akhirnya beranak pinak.
Dari situlah,
kucing-kucing di rumah kami jadi banyak, dan rata-rata kucing rumahan. Mulai
dari yang bewarna abu-abu, putih, hitam, hitam-putih, putih-abu, merah,
putih-hitam-kuning, hingga yang terakhir full abu-abu.
Kucing-kucing itu
hidup silih berganti. Pernah dalam satu waktu, jumlah kucing di rumah mencapai
12 ekor. Itu karena dua kucing besar baru saja melahirkan dalam waktu yang
hampir bersamaan. Usia kucing memang tidak terlalu lama, apalagi kucing lokal.
Usianya antara 3-5 tahun.
Sayangnya, karena kami
kurang begitu bisa merawat kucing, jadi bayi-bayi kucing banyak yang mati.
Misal dari tiga bayi, yang hidup kadang hanya satu, maksimal dua. Pernah mati
semuanya. Jadi, rata-rata kucing di rumah kami tidak bisa hidup lama. Yang
paling lama adalah kucing telon (tiga warna). Kucing itu lahir sejak saya kelas
X SMA dan baru meninggal setengah tahun lalu. Jika dihitung, hampir 9 tahun
usianya.
9 tahun usia kucing,
berdasarkan penelitian, setara dengan 52 tahun usia manusia. Perbandingannya 1
: 15. Kucing berusia 1 tahun setara dengan manusia usia 15 tahun. Sejauh ini,
kucing tertua di dunia baru berusia 24 tahun, namanya Poppy. Usia 24 tahun
kucing setara dengan usia 112 tahun manusia.
Baru saja, kucing
bewarna merah di rumah kami meninggal entah karena penyakit apa. Padahal,
dibandingkan kucing-kucing sebelumnya, kucing merah bernama PUS ini bisa
dikatakan paling terurus. Sekarang, hanya tinggal dua kucing yang tersisa.
Keduanya bewarna abu-abu. Yang satu sudah cukup tua, diatas lima tahun. Yang
satu, anaknya, masih kecil belum genap tiga bulan. Kucing yang kecil ini jenis
kelaminnya laki-laki, jadi tidak akan beranak pinak seperti yang lainnya.
Saya tidak tahu
apakah setelah ini akan ada kucing-kucing baru lagi yang mampir dikehidupan
saya. Harapan satu-satunya hanya di kucing yang besar ini. Jika dia masih bisa
hamil dan melahirkan, maka mungkin akan ada lagi kucing-kucing baru di rumah.
Jika dia mengikuti jejak Ibunya si kucing telon, berarti sudah tidak lagi
hamil. Sudah memasuki masa tua.
Yang jelas, saya
tidak mau membeli kucing. Apalagi kucing mahal yang hanya jadi pajangan di
kandang dan dibelai layaknya boneka simpanan. Kucing-kucing yang hadir itu
tidak pernah saya minta. Mungkin itu titipan dari Tuhan agar saya merawatnya
dengan baik. Meski, untuk orang yang sangat awam dunia per-kucingan, saya hanya
bisa memberinya makan dan membelikan susu. Selebihnya, tidak tahu, apalagi
kalau sudah sakit, sudah tidak tahu lagi bagaimana penanganannya.
Terima kasih Tuhan
karena Engkau telah menitipkan kucing-kucing itu kepada hamba. Dan selamat
jalan untuk PUS merah kesayangan yang telah mengisi hari-hari selama setahun
terakhir ini. (*)
Blitar, 11 Januari
2016
A Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment